Sudah tiga tahun ini saya memelihara dan mengendarai Pulsar 135LS. Akhirnya saya bisa menilai dan mengambilk kesimpulan, mengenai motor ini. Berikut review motor ini dari berbagai sisi.
Desain
Tampilan yang serba lancip menggambarkan karakter agresif, dengan kombinasi lekukan yang menonjol (muscular) menandakan laki. Dibuat keseluruhan menjadi full size sebuah motor sport, sedangkan mesinya kecil. Meskipun demikian Bajaj membuat motor ini cukup ramping. Hanya saja bagian headlamp kurang menyatu dengan keseluruhan body motor ini, dan itu selalu menjadi kekurangan produk motor Bajaj. Sebenarnya Bajaj mendesain ulang tampilan dari motor terdahulunya, motor klasik, city bike. Dikenali dari spek yang sama dengan terdahulunya. Lini prosuk Pulsar mulai dari Pulsar 135 mulai berubah menggunakan konsep desain yang sama.Jika dilihat sekelas lekukan body pulsar ini cukup aneh dari segala arah. Tapi siapa sangka pada sudut tertentu matching dengan set golden rule! garis lekukannya begitu selaras.Saklar pada stang menarik perhatian, mirip dengan dasbor mobi, fitur ini aslinya tidak berguna, kecuali untuk pamer saja.
Kenyaman
Posisi duduk tidak seperti pada umumnya motor batangan, ini lebih sporty, seperti Yamaha vixion badan condong ke depan. Dikombinasikan dengan stang model clip-on menekuk kebelakang. Bentukan footstep yang dibelakang mesin, membuat kaki menekuk sedikit kebelakang. Lengkap sudah rasa ala motor sport fairing. Bagi orang yang sering naik motor batangan keluarga Honda akan merasa canggung untuk pertama kalinya. Desain yang memaksa pengendara untuk mengikuti kemauan motor. Kebalikan dari motor jepang yang motornya menyesuaikan kebiasaan pengemudinya.Seperti yang dibilang pada poin desain, bahwa motor ini full-size. Jok yang tinggi membuat rider, dengan tinggi badan 165cm, kedua kakinya jinjit, dan menang motor sport akan selalu begitu. Anehnya jarak ke tanah cuma 17cm. Ditopang dengan suspensi belakang paling panjang 38cm dengan 5 preset. Suspensi depan panjang 70cm seperti motor Honda, dengan jarak main 13cm siap lipas jalanan Indonesia yang terkenal hancur. Tapi bracket stang yang tinggi dari tangki membuatnya juga cocok untuk dua alam.
Performa
Tenaga dari mesin 135cc, 4 valve, 2 busi, kompresi 9:1, karbu venturi 26, dan knalpot TEC. Terbilang biasa saja, mirip motor bebek terutama dibawah 4rb rpm akselerasi begitu ringan. Seperti yang diiklankan 135cc tenaga 150cc, ya dan itu benar serasa Honda verza tarikan awalnya. Belum lagi diatas 6rb rpm tenaga semakin menjadi-jadi (tidak stabil). Sayangnya tetutup oleh kemampuan dari transmisi dan piston yang terbatas. Ketika mesin masih bisa mengeluarkan tenaga lagi tapi tuas gas sudah terbuka penuh.Kemampuan twinshock ini terbilang tangguh, tugas utamanya bukan untuk kenyamanan tapi menopang berat. Paling terasa ketika menopang boncengan yang berat di jalan yang tidak rata. Sedangkan dengan preset 3, shock ini sudah cukup keras untuk menopang berat rider 60kg, dan stabil untuk kecepatan diatas 60kmh dan bermanuver. Sedangkan preset 1 lebih cocok untuk jalan basah untuk mendapatkan cengkraman yang cukup.
Rem belakan menggunakan tromol (drum) yang kuno tapi efektif sebagai jangkar/parasut yang dikombinasikan dengan engine brake pada kecepatan rendah. Sedangkan rem depan menggunakan cakram yang tanpa merek, ternyata itu kaliper dan pompa rem Brembo. meskipun dua piston termya ini sangat kuat untuk kecepatan tinggi, bahkan stoppie pun mampu.
Handling yang cukup aneh buat saya pribadi, serasa motor bebek. Meskipun terasa berat bobot motor ini dan panjangnya motor hampir 2 meter. Mudah untuk bermanuver, selap-selip dikemacetan, didukung dengan bodi yang ramping, dan rpm bawah yang ringan. Sedangkan jalur off-road juga cukup baik, stang sedikit tinggi, dukungan travel suspensi, jarak tanah 17cm, cocok untuk segala medan.
Pengalaman Berkendara
Berat adalah kesan pertama kali mengendarai motor ini. Apa mungkin saya yang kurang olahraga angkat beban? Memang ini motor kecil, terlihat ramping. Tapi bobotnya setara motor verza 150. Bobot ini yang menjadi plus dan minus motor ini.Plus adalah motor kecil ini mampu bersaing di jalan raya (macam pantura) yang penuh dengan balapan kendara roda 4, berkombinasi terpaan angin dari pantai. Motor tak terpengaruh dengan itu, tapi berat badan saya (60kg) yang membuatnya ikut goyah. Bobot yang berat ini disebabkan oleh rangka yang tebal, kemudian body plastik yang tebal, twinshock, kemudian tangki 12 liter.Minus-nya jangan sampai motor ini mogok dijalan, karena sangat berat untuk didorong, walau sekedar motor 135cc dan tangkinya kosong. Jika bobotnya dikurangi bisa menjadi bumerang untuk rider, mengacaukan handling dan feedback. Meskipun itu bagus untuk performa motor, tapi keduanya lebih sering diperlukan, sebab tujuan motor ini adalah untuk komuter.
Handling dengan stang lebih pendek ala sport fairing yang sangat menipu. Bentukan motor seperti ini akan membuat orang berpikir sama saja dengan motor lain tapi ini jauh lebih mirip sport fairing. Sehingga perlu pembiasaan menggenggam stang dengan cara agresif lengan yang terbuka. Kondisi ini sangat identik dengan jiwa muda, yang tidak stabil, suka pecicilan. Lihat saja iklan motor pulsar, basis stun, yang "sangat tidak normal" untuk konsumen Indonesia.
Klaimnya bisa tembus 70km/l tapi beda lingkungan, beda rider, beda gaya berkendara. Membuatnya rata-rata mendapatkan 50km/l dengan segala macam kondisi jalan di Indonesia.
Kesimpulan motor ini all time, all terrain. Bukan untuk rider yang mencari performa, bukan pula fuel economy. All rounder, semua dimiliki oleh Pulsar 135 dibayarkan dengan plus-minus dari kemampuan motor ini. Dan motor ini tidak cocok untuk semua orang, hanya untuk rider yang mencari pengalaman yang berbeda.